Pejuang (Pemburu) Beasiswa

Sangat aku sadari bahwa kuliah itu membutuhkan biaya yang sangat banyak. Mulai dari biaya kuliah per semester, biaya kost, dan biaya hidup harian. Semua itu harus mengorbankan harta orang tua, menguras tabungan, menguras kantong, menguras tenaga, pikiran, dan juga keringat. Pokoknya semua hal yang bisa dikuras. Habis sudah. Tapi aku tidak bermaksud menguras harta orang tua. Aku hanya butuh, dan jika boleh aku katakan, aku hanya pinjam sementara. Suatu saat jika aku sudah menjadi orang sukses, aku sangat berniat mengembalikan semua itu, tapi entah membayarnya dengan apa.

Dulu waktu pertama mau daftar kuliah, keluarga sangat mendukung dan sanggup untuk menanggung biaya yang saat itu harus segera dibayarkan. Pembayaran pertama dengan jumlah yang menurutku  sangat banyak masih sanggup dibayarkan. Sampai sekarang semester enam pun masih sanggup. Meskipun mungkin terpaksa disanggupin karena sudah terlanjur nyebur jadi basah sekalian. Berdasarkan arsip pribadiku, kalo dihitung jumlah total biaya kuliah dan biaya hidupku selama kuliah sampai saat ini udah mencapai puluhan juta Rupiah. Kalo dilihat nominalnya, uang segitu banyak banget, udah bisa buat beli motor vario dua buah, sama buat beli tanah. Subhanallah, ternyata hutangku sama orang tua banyak sekali. Kasihan ya orang tua kayak jadi budak buat kuliahin anaknya (That's not what I mean) Tapi yang sudah ya sudah deh. Hilang, tidak ada wujudnya. Yang tersisa tinggal kertas kwitansinya saja. Tapi semoga aku atau orang tuaku bisa memanennya di masa depan. Aamiin Ya Allah.

Mungkin aku menyesal. Mengapa tidak dari awal mencoba mendaftar beasiswa yang dari pemerintah? Kan enak bisa kuliah gratis dan dapat uang bulanan? Mungkin ini yang terus menghantuiku sampai saat ini. Seandainya waktu bisa diputar kembali pasti keadaannya tidak akan seperti ini. Zonkk!!! Sudah tidak mungkin. Sekarang hadapi, jalani, dan nikmati saja kenyataan yang ada. Kalo bisa ya cari solusi. Dan solusinya adalah beasiswa, dengan harapan bisa meringankan beban orang tua. Dari semester awal aku sudah bertekad untuk menjadi mahasiswa yang melek informasi beasiswa. 

Semester satu aku mencoba mendaftar beasiswa susulan. Dari kelasku ada tiga anak yang mendaftar. ketika pengumuman tiba, dengan penuh kesedihan tidak ada namaku di daftar pengumuman beasiswa susulan itu, sedangkan dua orang temanku diterima. Aku hanya bisa bertanya pada diri sendiri, adakah yang salah dengan berkas-berkasku? Tapi ya sudahlah, mungkin itu bukan rejekiku. Beberapa bulan kemudian, teman sekelasku mengabariku kalo aku diterima di Beasiswa Bank BNI. Aku masih tidak percaya sehingga temanku menyuruhku untuk melihat di website. Ternyata benar. Tapi kok bisa? Kapan aku mendaftar beasiswa Bank BNI? Setelah mengndengar informasi dari mulut ke mulut, ternyata mahasiswa yang tidak diterima di beasiswa susulan langsung dialihkan ke pengganti Beasiswa Bank BNI. Alhamdulillah, meskipun hanya cair satu tahun sekali dan berlaku hanya untuk satu tahun. 

Semester dua aku memberanikan diri untuk mendaftra Beasiswa Yayasan Karya Salemba Empat (KSE), setidaknya aku sudah memenuhi ketentuan, minimal semester dua. Persyaratan berkasnya memang banyak, ditambah lagi harus membuat essay sebanyak tiga halaman. Semua harus rangkap dua, dimasukkan ke dalam stopmap dan amplop cokelat. Sampai-sampai temanku bilang, "kayak orang mau ngelamar kerja aja." Waktu itu aku sangat ambisius untuk mendapatkan beasiswa, aku sangat PD, and positive thinking overly. Semua pengumpulan berkas sampai pengumpulan pun ku lakukan seorang diri, tanpa meminta bantuan teman mana pun, sampai-sampai aku nyasar cari alamat sekretariatnya. Tapi finally ketemu juga. Seleksi ada dua tahap. Tahap pertama seleksi berkas, dan aku sangat bahagia ketika lolos seleksi tahap pertama. Ini membuatku semakin positive thinking. Tahap kedua yaitu seleksi wawancara, dengan segenap perasaan dan pikiran aku berusaha semampuku, meskipun mungkin tidak maksimal saat wawancara. Setelah lama menunggu, pengumuman hasil wawancara pun keluar juga (di awal semester tiga). Aku sangat deg-degan ketika mencari namaku sendiri dalam dokumen yang sudah ku-download. Setelah beberapa menit menggerakan menyekroll kursor ke atas dan bawah, aku masih tidak melihat namaku di daftar sampai-sampai aku mengulanginya sekali lagi. Dengan harapan mungkin ada yang terlewatkan dari pandanganku, sampai aku lelah. Di sana memang tidak ada namaku. Aku sangat kecewa, sedih, dan tidak tanggung-tanggung untuk menangis. Mungkin aku terlalu berharap. Dan mungkin ini akibat dari positive thinking overly. "Mimpinya terlalu tinggi, dan ketika jatuh langsung kesakitan." Begitulah pepatah mengatakan. Dengan berat hati aku harus menerima semua itu. Mungkin belum rejekiku.

Yang lalu biarlah berlalu, semester tiga masih ada kesempatan untuk memburu beasiswa. Waktu itu banyak sekali beasiswa yang ditawarkan. Aku membaca satu per satu syarat dan ketentuannya. Aku tidak mau mengajukan beasiswa yang persyaratannya rumit. Apalagi harus membuat penelitian. Langsung saja aku skip. Lantas, aku harus mendaftar beasiswa apa? Mungkin beasiswa yang aku daftar kali ini tidak terlalu besar nominalnya, sebanding lah dengan persyaratannya tidak terlalu rumit. Yap, itu dia Beasiswa Undip yang memberikan keringanan SPP selama satu tahun. Pilihan yang tepat. Aku diterima. Meskipun cairnya selalu molor tapi aku harus sabar. Lumayan bisa buat bayar kost beberapa bulan. Dan pencairan terakhir ku gunakan untuk membayar biaya KKL ke Surabaya-Bali.

Lanjut ke semester empat. Sebenarnya aku masih terikat dengan beasiswa sebelumnya. Tapi aku nggak mau hanya menunggu. Ada tawaran bagus. Aku segera memenuhi berkas persyaratan untuk mendaftar pengganti Beasiswa BUMN Peduli Pendidikan. Beres semua. Tinggal dikumpulkan. Ternyata teman sekelasku banyak yang tertarik, ada empat orang. Salah seorang teman lebih dulu mengumpulkan ke bagian kesma Rektorat. Dan dia memberitahu kabar buruk, bahwa ternyata tidak ada kuota pengganti untuk fakultasku. Katanya bag kesma fakultas tidak menyerahkan laporan mahasiswa yang sudah keluar dari beasiswa itu. Ketika dikonfirmasi ke fakultas malah tidak memberikan kejelasan. Akhirnya putus sudah semua harapanku.

Pertengahan semester empat. Aku masih tidak kapok berburu beasiswa. Ini adalah kedua kalinya aku mendaftar Beasiswa KSE. Bagaimana lagi, aku hanya bisa mencoba dan berusaha. kali ini aku tidak mau terlalu berharap seperti tahun lalu. Ku pastikan diriku, aku tidak akan menangis dan sedih ketika nanti tidak diterima. Well, aku lolos tahap seleksi, tapi tidak lolos tahap akhir. Lagi-lagi aku harus menghibur hatiku dengan kalimat "Mungkin belum rejekiku." Aku penasaran kenapa bisa begitu, bagaimana prosedur pemilihannya? Ketika ada pameran beasiswa di suatu seminar di FH, aku mendatangi stand beasiswa KSE. Dan aku rasa itu cukup menjawab rasa penasaranku. Memang tim reviewer bisa meloloskan wawancara untuk direkomendasikan ke pihak pusat/ donatur, tapi yang menentukan hasil akhirnya ya dari pusat/ pihak donatur. Kadang ada pihak donatur yang menginginkan mahasiswa tertentu, sedangkan mahasiswa tersebut tidak lolos wawancara. Itu memang kuasa mereka. Kan mereka yang memberi alokasi dana. Kurasa aku mengerti.

Menjelang awal semester selalu ada lebih dari satu tawaran beasiswa. Dan setiap ada tawaran pasti aku membacanya sambil bertanya pada diri sendiri, "Apakah rumit? Apakah memungkinkan? Apakah aku memenuhi kualifikasi?" Kalo lebih banyak jawaban tidaknya ya langsung saja ku eliminasi. Semester lima dimulai. Ada dua pilihan beasiswa yang sama-sama menarik dan persyaratannya tidak terlalu rumit. Akhirnya aku memutuskan untuk memilih Beasiswa Bank Indonesia. Semua berkas sudah kulengkapi dan tertata rapi di dalam map warna biru. Ketika aku datang ke kesma rektorat dan bermaksud input data ke komputer tiba-tiba seorang staf menanyaiku dari fakultas mana. Setelah aku menjawab, Staf tersebut balik bertanya dengan muka judesnya (aku saja males melihatnya) "Emang ada kuotanya?" Staf itu pun memastikannya ke staf lain dan menyuruhku melihatnya di papan pengumuman. Aku sangat kesal dengan diriku sendiri dan pada semua staf itu. Mereka tidak memberikan informasi yang detail di website. Aku merasa capek. Sekali lagi dan mungkin bukan yang terakhir kalinya---aku harus menghibur diri sendiri, "Mungkin belum rejekiku." Ditambah lagi, " Masih ada kesempatan lain."

And then Wellcome semester enam. Aku masih belum putus asa untuk berburu beasiswa. Aku masih mau berjuang dan berusaha. Aku masih sanggup, punya otak, dan juga tenaga. Aku tidak akan berhenti di sini. Entah semester ini aku harus mendaftar beasiswa apa lagi. Mungkin aku akan mendaftar beasiswa KSE untuk ketiga kalinya, atau mungkin beasiswa lain yang lebih memungkinkan. Yang jelas aku sudah punya list dan kalender beasiswanya. Selamat berjuang...

That's all my sharing
Salam mahasiswa pejuang beasiswa... ^_^

Cari Blog Ini