Wanita yang Dituntut menjadi Dewasa



Hello, Girls… Kamu wanita, kan? Kehidupan seorang wanita ketika beranjak dewasa akan lebih rumit ketimbang saat masih remaja, apalagi anak-anak. Memang pada dasarnya wanita dari dulu suka ribet dalam segala hal sih. Mereka sibuk dengan diri sendiri, dengan perasaan dan sikapnya dalam menghadapi kehidupan. Sampai mereka lupa kalau dalam hatinya membutuhkan kebahagiaan yang sederhana.
Setiap wanita memang menginginkan hal terbaik untuk hidupnya. Jadi ketika mereka beranjak dewasa, banyak tuntutan ini itu yang harus dipenuhinya. Keribetan macam apa sih?



Penampilan. Penampilan adalah segalanya bagi seorang wanita yang beranjak dewasa. Mereka tidak ingin disamakan dengan dirinya ketika masih remaja. Alhasil, mereka sibuk belanja ke sana kemari untuk memenuhi hasratnya berpenampilan dewasa. Pakaian, sepatu, tas, dan aksesoris harus terlihat serasi dan extraordinary perfect. Tak jarang mereka malah terkesan berlebihan sehingga pria menjadi minder atau tidak nyaman dengan penampilannya. Seorang wanita tidak akan merasa cukup hanya dengan sepuluh baju di lemarinya. Mereka berdedikasi setiap acara harus memiliki baju yang berbeda, model yang berbeda, dan merk yang berbeda. Tapi kadang mereka juga masih bingung harus memakai baju mana dan tas mana ketika akan pergi. Jadi jangan heran jika setengah jam hanya digunakan untuk memilih baju yang akan dipakai.
Padahal saat masih anak-anak, mereka akan menerima baju apa pun yang dipakaikan oleh orang tuanya. Mereka bahagia dengan baju yang dibelikan orang tua meskipun tidak mahal dan bermerk, yang penting lucu dan nyaman dipakai.

Make up. Naluri wanita ingin selalu tampil cantik di setiap kesempatan (kok kayak iklan kosmetik :-D). Memang benar adanya. Ketika beranjak dewasa, mereka mulai mencoba menggunakan kosmetik ini dan itu untuk mempercantik wajah, atau lebih tepatnya memoles wajah. Mereka membutuhkan topeng bernama cantik agar membuat dirinya terlihat PD. Berbagai macam cream dan bedak mereka poleskan ke wajah. Segala macam pensil (selain pensil tulis) mereka apply untuk mempertegas alis, mata, dan bibir. Pewarna bibir juga mereka anggap sebagai hal yang tak boleh terlupakan. Parahnya mereka tidak hanya menggunakan satu lapis, melainkan sampai tiga lapis. Dan mereka tidak puas hanya memiliki satu macam warna. Mereka butuh berbagai macam warna pink dan merah untuk dipakai pada kesempatan yang berbeda.
Padahal saat masih anak-anak dan remaja, mereka sangat natural tanpa embel-embel kosmetik manapun. Mereka tetap PD dengan bentuk alisnya yang alami. Dengan warna bibirnya yang apa adanya. Mereka tidak takut menjadi coklat atau hitam ketika bemain di bawah sinar matahari jadi tidak perlu memakai SPF. Tapi sekarang? Ke mana pun mereka pergi harus memakai topeng.

Asmara. Menginjak usia dewasa, biasanya wanita mulai diributkan soal asmara. Mereka akan menjadi semakin mengerikan. Mereka akan khawatir jika saat itu belum mempunyai calon pasangan hidup. Apalagi teman-teman mereka sudah mulai tunangan atau menikah. Mereka akan semakin termotivasi dengan hal itu. Alhasil mereka caper ke sana kemari dengan lawan jenis, sok-sok menghubungi teman lama dengan harapan bisa berubah menjadi cinta. Atau minta teman untuk mencarikan pacar (comblang). Atau malah sekalian minta dijodohkan karena frustasi. Dan untuk mereka yang sudah mempunyai calon gandengan. Mereka akan cenderung mempertahankan atau masih mencoba mencari yang lain. Alhasil, sikap mereka berubah menjadi mengerikan. Menjadi mudah cemburu, suka menuntut dan over protective karena takut pasangannya dibawa wanita lain. Mencoba selingkuh dengan harapan selingkuhannya itu lebih baik, padahal belum tentu juga. Sehingga terkadang dapat memicu terjadi perang dunia ketiga.
Padahal saat anak-anak dan remaja, yang mereka tahu adalah cinta monyet (puppy love). Pacaran yang tidak mempunyai ekspektasi ke depan, sehingga mengalir apa adanya. Mereka juga bersahabat demi persahabatan tanpa mengubah ekspektasi apa pun.

Cita-cita dan ambisi. Semua wanita pasti menginginkan dirinya untuk menjadi wanita yang sukses. Cita-cita dan ambisi menjadi sesuatu yang tidak bisa dipisahkan. Mereka ingin bersungguh-sungguh mewujudkan semua mimpinya. Hidupnya menjadi penuh dengan dedikasi. Semua usaha dan upaya akan dilakukan. Mereka menjadi super sibuk dan rela jauh dari keluarga. Sekolah, kursus, pelatihan, dan kerja. Secara bertahap mereka lalui. Di langkah pertama yang mereka cari adalah kerja demi mendapatkan uang, jadi bisa hidup mandiridan memenuhi semua kebutuhan yang selalu bertambah. That’s good lah. Tapi kalo menjadi over ambisius, mereka hanya akan disibukkan dengan urusan dunia tanpa bisa melihat sebuah makna dan keutuhan yang sebenarnya.
Padahal saat masih anak-anak dan remaja, mereka cukup menyebutkan cita-citanya yang setinggi langit tanpa harus memiliki ambisi. That’s all. Dan mereka bangga dengan  cita-citanya yang belum menjadi kenyataan.

Persahabatan. Sebagian wanita menganggap persahabatan adalah hal yang penting, tapi juga ada yang mengabaikan arti persahabatan. Menurut wanita dewasa, sahabat adalah orang yang mempunyai manfaat dan memiliki pengaruh positif dalam hidupnya. Mereka akan bersahabat sangat akrab terhadap orang yang mempunyai kepentingan sama dan bermanfaat untuk dirinya. Mereka akan terus mempererat persahabatan selama orang itu masih berdampak dalam hidupnya. Namun jika orang itu sudah tidak mempunyai pengaruh, persahabatan akan merenggang, tahu kabar sahabat saja sudah menjadi hal yang oke untuk tetap dianggap sebagai sahabat.
Padahal waktu masih anak-anak dan remaja, mereka benar-benar menggap seseorang sebagai sahabat tanpa harus memiliki manfaat apa pun. Mereka akan saling merangkul dan yang penting bisa bermain bersama.

Keluarga. Bagi wanita dewasa, keluarga bukan satu-satunya pelindung. Mereka mulai percaya diri untuk hidup mandiri tanpa harus dengan pantauan orang tua. Mereka yang sudah sibuk dengan urusan pribadi kadang lupa dengan kabar keluarga, karena mereka lebih mementingkan keluarga dan rekan. Terkadang mereka juga tidak ingin terlalu menurut dengan aturan keluarga yang menurutnya tidak masuk akal. Mereka tidak akan membiarkan keluarga menghalangi dirinya untuk meraih impian karena ambisi tadi. Alhasil mereka menjadi lupa kalau do’a dan restu orang tua adalah segalanya.
Padahal saat masih anak-anak dan remaja, semua hidup mereka bergantung pada orang tua. Bahkan mereka meminta orang tua untuk mengantar jemput sekolah karena belum berani ke mana-mana sendiri. Mereka akan merasa aman jika dekat dengan orang tua.

That’s all tentang kehidupan wanita yang sedang beranjak dewasa. Setiap orang pasti berubah seiring dengan pengalaman hidupnya. Di tengah-tengah kehidupannya yang serius dan kaku ada kalanya mereka juga perlu mengingat masa anak-anak yang penuh dengan keceriaan dan kepolosan. Karena di sana ada kebahagiaan yang sederhana dan tidak perlu pura-pura.

0 komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini