Aku dan kamu akan bersama
selamanya. Tidak terpisah oleh jarak dan waktu.
Enam
tahun lalu ikrar itu sangat mantap aku lantunkan. Aku tidak tahu apa yang akan
terjadi tiga tahun setelahnya. Dan nyatanya aku memilih untuk menghkianati
ikrar murni itu. Aku tidak berdaya ketika impian dan komitmen hubungan tidak
lagi selaras.
Lulus
kuliah aku memilih bekerja di negeri orang. Sementara aku tahu kamu tidak akan
pernah meninggalkan kota kelahiranmu, karena prospek kerjamu memang sudah
tersedia di sana. Sekarang aku tahu, tak jarang wanita bersikap egois. Seperti
aku. Aku dan kamu akhirnya berpisah ribuan kilo meter dengan perbedaan waktu
sekitar satu jam.
Romi,
sekarang aku pulang. Apa kabarmu hari ini? Aku ingin menengok kota yang pernah
mempersatukan kita. Kota yang menjadi bagian dari masa laluku. Masih tidak
banyak perubahan. Kota ini masih tetap istimewa untuk daerah Pulau Jawa. Kota ini masih menjadi
pusat perkumpulan para pelajar melanjutkan pendidikan tinggi. Kampus-kampus pun
masih gigih menjadi tempat berteduh untuk menimba ilmu. Ini adalah kota kita.
Hello, can you hear me?
I'm in California dreaming about who we used to be
When we were younger and free
I've forgotten how it felt before the world fell at our feet
I'm in California dreaming about who we used to be
When we were younger and free
I've forgotten how it felt before the world fell at our feet
Romi,
tiga tahun sudah kita tidak bersama. Aku tahu, aku baik-baik saja tanpa kamu.
Tapi di sela-sela kesibukanku bekerja di kantor kedutaan, aku selalu diselimuti
rasa menyesal karena sudah jauh darimu.
Berkali-kali
telah kucoba untuk menghubungimu melalui nomor telepon yang biasa kita pakai
untuk berkomunikasi dulu. Di antara ratusan kali aku mengubungimu melalui
telepon, hanya satu kali kamu menjawab. Tapi kamu membisu di ujung teleponmu.
“Halo…
Romi, ini aku. Aku minta maaf atas semua yang kukatakan padamu. Aku sungguh
menyesal,” kataku sambil memohon di ganggang telepon kantor.
Saat
itu sedang hujan. Dan suara hujan berhasil menembus dinding kantor. Kamu masih
tidak bersuara. Kurasa suaraku tidak jelas karena diiringi dengan hujan yang
terus merintih.
“Halo...
Romi, apa kamu mendengarku?” Akhirnya aku menutup telepon karena kamu masih
tidak bersuara.
Dan
lagi. Aku terus mencoba meminta maaf atas kalimat pamungkas yang membuat aku
menang. Dan mengalahkan hubungan yang sudah kita bangun selama tiga tahun.
Hello, how are you?
It's so typical of me to talk about myself, I'm sorry
I hope that you're well
Did you ever make it out of that town where nothing ever happened?
It's so typical of me to talk about myself, I'm sorry
I hope that you're well
Did you ever make it out of that town where nothing ever happened?
Romi, aku sudah berkeliling kota. Ke tempat-tempat yang dulu pernah kita kunjungi. Tempat wisata, tempat makan, gedung bioskop, bahkan kampus kita. Tapi aku masih belum bisa bertemu denganmu. Aku meneleponmu lagi. Kali ini nomormu tidak bisa dihubungi. Parahnya aku masih selalu menyapa dengan kata ‘Halo’. Aku sudah terbiasa dengan kata itu, sampai-sampai terbawa dalam tidurku. Bahkan di kantor pun aku pernah mengigau dengan kata itu. Teman sekantorku pun pernah memberi tahu kalau aku akhir-akhir ini suka berbicara sendiri.
Romi,
apakah kamu masih di kota ini? Atau pergi keluar kota demi membuang semua
kenangan kita? Tadi aku berkunjung ke rumahmu. Ibumu menyambutku dengan penuh
keramahan. Ternyata ia lebih cantik dari pada di foto yang pernah kamu
tunjukkan padaku. Tadi ada penyesalan baru yang muncul dalam diriku. Aku
menyesal dulu tidak pernah menemui ibumu yang penuh dengan kesahajaan. Jadi
inilah risikoku. Ibumu tidak mengenalku.
“Romi
masih di laboratorium, Nduk. Pulangnya
masih nanti, sekitar jam wolu mbengi.”
Aku
mengerti ibumu tidak terbiasa menggunakan Bahasa Indonesia. Tapi kurasa aku
cukup tahu keberadaanmu sekarang. Dulu kamu bilang begitu mencintai kotamu. Dan
sampai saat ini kamu masih setia dengan ucapanmu.
Mungkin
kamu sibuk dengan penelitianmu dan jarang berada di rumah. Itulah mengapa kamu
tidak pernah sempat menjawab teleponku. Tak apa. Setidaknya aku sudah mencoba. Dan
aku mengerti, kamu pasti akan baik-baik saja.
Hello from the outside
At least I can say that I've tried
To tell you I'm sorry, for breaking your heart
But it don't matter, it clearly doesn't tear you apart anymore
At least I can say that I've tried
To tell you I'm sorry, for breaking your heart
But it don't matter, it clearly doesn't tear you apart anymore
---to be continued---
Songlit
ini terinspirasi dari lagu Adele – Hello.
0 komentar:
Posting Komentar