(Songlit#3) Kisah Julia dan Romi: AKU AKAN PULANG



Acara wisuda telah usai satu dua bulan yang lalu. Itu adalah terakhir kali kita bersenang-senang bersama di lingkungan kampus. Itu adalah terakhir kali kamu memberi hadiah bunga untukku.

Setelah itu aku sering menghilang darimu. Aku sibuk mengurus lamaran kerjaku di Singapore. Beberapa berkas sempat membuatku gugup karena sebelumnya aku tidak pernah melamar pekerjaan di mana pun. Dan siang itu setelah aku mengambil legalisasi ijazah, loby kampus telah menunjukkan betapa aku sangat egois. Ya. Aku sendiri yang memilih pergi darimu. Aku yang mengatakan sesuatu yang membuat kita benar-benar berpisah.

“Aku akan tetap pergi. Terserah kamu hubungan kita mau seperti apa.”

Kata-kata itu muncul setelah aku dan kamu berdebat mempertahankan alasan masing-masing terhadapn pilihan pekerjaan. Sekaligus bernegosiasi cukup panjang harus membawa hubungan ke arah mana.

Tapi langit lembayung sore ini membuatku tersadar sebenarnya aku tidak menginginkan perpisahan ini terjadi. Dan memang bukan ini yang aku maksud. Jika kamu mau sedikit memikirkan perkataanku, sebenarnya aku memberimu dua pilihan. Tapi aku tidak menyangka kamu menanggapi itu secara serius. Mungkin aku yang terlalu kasar dan kaku. Tidak semanis biasanya.

Pada akhirnya aku tidak bisa menerima ini semua. Makanya sekarang aku yang giliran mencarimu terus-menerus.

Romi. Aku ingat kamu tidak terlalu menyukai keramaian. Kamu tidak datang ke acara konser pada malam minggu. Kamu pun mengajakku keluar dari hiruk pikuk kota. Makanya aku datang ke sini. Tempat yang hanya ada suara alam, deburan ombak yang menyentuh pasir putih, kicauan burung yang terbang di langit jingga, dan tiupan angin yang lembut, serta suara kita berdua yang kadang menodai kesunyian.





He said let’s get out of this town
Drive out of the city
Away from the crowds
I thought heaven can’t help me now
Nothing lasts forever

Itu dulu. Sekarang semua telah berbeda, karena memang tak ada yang abadi di dunia ini. Tapi secara lahir kamu masih tetap menjadi favoritku. Kamu cukup tinggi, dan wajahmu tampan. Sayang bukan hanya aku yang mengagumi itu. Aku melihat fotomu di media sosial bersama seorang wanita. Kalian duduk berhadapan dan saling menatap sangat dalam. Apakah ada simbol cinta di antara pandangan itu, Romi?

Aku sungguh iri pada wanita itu, Romi. Dia mampu menerimamu dengan baik, dan sangat mencintai udara lokal. Tidak seperti aku yang sarat akan ambisi untuk bekerja di kota megapolitan yang ramai itu.

Aku sungguh iri lagi pada wanita itu. Orang lain banyak yang bilang kalau kalian cocok. Dan ada beberapa yang secara tulus berdo’a untuk kelanggengan kalian. Padahal dulu aku tidak pernah mendapatkan itu semua.

But this is gonna take me down
He’s so tall, and handsome as hell
He’s so bad but he does it so well
I can see the end as it begins my one condition is

Kamu curang. Kalau kamu mau berpikir, kamu belum mengakhiri hubungan ini secara sah. Aku dan kamu berpisah karena keadaan yang mengharuskan, bukan karena kemauan sanubari. Bahkan tidak pernah ada deklarasi perpisahan di antara kita.

Jika memang ini caramu membuat kejelasan, maka aku tak punya hak untuk komplain. Dan tak mungkin juga aku berdebat di depanmu untuk mengungkit kembali hubungan yang sebenarnya sudah lama terkubur. Sekarang yang ada hanya aku dan penyesalanku.


Romi, aku mencoba menerima ini semua. Aku akan merelakanmu memilih caramu, seperti saat kamu mencoba merelakanku memilih caraku. Sekarang kita dalam skor 0-0.

Say you’ll remember me
Standing in a nice dress, staring at the sun set babe
Red lips and rosy cheeks
Say you’ll see me again even if it’s just in your wildest dreams
Wildest dreams
 
Romi, aku nyatakan sekarang kita benar-benar berpisah. Tapi dengan satu syarat. Kamu akan selalu mengingatku sebagai gadis manis yang berlari dengan kaki telanjang di antara buih air laut, dan angin sore sedikit mengayunkan gaun indahnya. Atau sebagai gadis yang selalu tersipu lalu pipinya mulai merona, sementara bibirnya yang dilapisi lipstik merah terus mengembang.

“Tolong munculkan gadis itu dalam mimpimu.”

Bukan sebagai aku yang pernah membuatmu menyesal.

Well. Romi, biarkan pantai ini menjadi saksi bahwa aku akan pulang pada aku yang dulu. Aku yang sebelumnya tidak mengenalmu.

“Memang sudah saatnya aku pulang ke Jakarta.” Lalu terbang melintas negara untuk kembali ke kantor.



---End---

Songlit dari lagu Taylor Swift – Wildest Dream.

0 komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini