Tips Memilih Judul Skripsi



Jenuh bukan? Ketika judul skripsi hanya yang itu-itu (anggapan beberapa dosen di sebuah jurusan). Padahal jika disadari ranah kajian suatu bidang ilmu sangat luas, tergantung kita peka atau tidak, dan mau mengambil risiko penelitian atau tidak. Itu semua buat perkembangan ilmu guys. So, take the risk and find the strategy.
 
Suatu hari dibentuklah tim review yang bertugas untuk mengulas usulan proposal, apakah judul dalam  proposal itu layak untuk diajukan sebagai skripsi atau tidak. Beberapa mahasiswa disuruh ganti judul karena judulnya yang sudah MAINSTREAM.  Sakit kan? Udah susah-susah bikin proposal malah ditolak.
Nah, biar judul skripsinya tidak ditolak, ijinkan mbak Lilin untuk sharing tips kecil memilih judul skripsi (biar nggak itu-itu aja).

Observasi jurnal-jurnal internasional: pelajari dan adaptasikan
Zaman sekarang perguruan tinggi memfasilitasi mahasiswa dalam mengakses informasi akurat. Mereka biasanya melanggan database jurnal internasional, sekaligus menyediakan wifi untuk dapat mengakses jurnal tersebut secara online. Jadi tidak ada alasan untuk gagap informasi (GAPIN) atau be a Google man only, tingkatkan literasi informasi kalian. 

Sekarang coba akses jurnal-jurnal yang dilanggan perguruan tinggi atau jurnal-jurnal yang open access. Percaya atau tidak, di sana kalian seperti menemukan harta karun di lautan.Judul-judul penelitian di luar negeri sangat bervariasi dan menaik guys. Setelah masuk ke salah satu database e-journal, coba ketikkan kata kunci subjek yang kalian minati. Dalam waktu beberapa detik akan muncul beberapa judul yang menarik. Sebelum download, sebaiknya baca dahulu abstraknya, hal ini untuk menghindari penimbunan informasi (infobesitas). Apabila minat, baru download artikel. Pelajari seluruh artikel dan adaptasikan untuk judul penelitian kalian. 

Apabila memiliki kendala bahasa asing, alangkah baiknya translet dahulu. Sekarang sudah ada tool khusus penerjemahan di beberapa database jurnal, seperti EBSCO. Bahkan untuk format html dapat dikonversikan menjadi bentuk MP3.

Melihat data kecenderungan topik skripsi
Ada penelitian yang sengaja mengkaji kecenderungan topik/ tema skripsi suatu bidang ilmu tertentu. Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk memilih topic mana yang akan diambil.

Hasil dari pnelitian ini biasanya berupa angka yang dapat dibuat rangking atau peringkat, sehingga dapat diketahui tingkat tertinggi dan terendah. Hal ini sangat efektif, karena dapat langsung diketahui topik penelitian yang memiliki kecenderungan paling tinggi dan paling rendah. Topik penelitian dengan tingkat kecenderungan menengah ke bawah hingga paling rendah dapat dijadikan acuan untuk menentukan topik yang akan diambil sebagai topik penelitian kita. Dengan tetap memperhatikan luas area dari hasil penelitian yang dijadikan acuan. Lebih baik memilih data dari hasil penelitian yang memiliki cakupan area yang sesuai dengan lingkungan kita.

Misalnya, judul penelitian “Kecenderungan topik skripsi Jurusan Ilmu Perpustakaan di Indonesia Periode 2011-2012: Studi kasus Unair, USU, dan UI.” Penelitian memiliki skala kajian dengan area yang luas, dan pasti akan berbeda dengan kasus yang terjadi di universitas kita, kecuali memang kita ada di salah satu objek kajian tersebut. Akan lebih baik jika kita mengacu pada data hasil penelitian dengan judul “Kecenderungan topik skripsi Jurusan Ilmu Perpustakaan Angkatan 2014 Universitas X.” Dan kita memang benar-benar mahasiswa dari Universitas X itu.

Mengembangkan penelitian sebelumnya
Penelitian sebelumnya dapat dijadikan rujukan untuk diangkat kembali menjadi penelitian dengan nuansa berbeda. Jadi sebenarnya topik skripsi itu tidak harus/ selalu fresh, apalagi untuk S1. Pada sebuah penelitian kadang penulis mencantumkan saran atau manfaat agar penelitiannya dikembangkan lagi atau menjadi rujukan penelitian selanjutnya. 

Misalnya, penelitian sebelumnya tergolong dalam jenis penelitian deskriptif, cobalah kembangkan penelitian tersebut untuk kategori eksplanatoris. Dengan demikian, maka secara otomatis judul akan ikut berubah meskipun topiknya masih sama.

Mix variables (Memadukan berbagai variabel)
Masih megacu pada penelitian sebelumnya, untuk jenis penelitian eksplanatoris coba padukan berbagai variabel yang masih mungkin untuk diteliti keterkaitannya.

Misalnya, penelitian dengan judul “Pengaruh A terhadap B dan C di Perpustakaan X”, maka salah satu atau beberapa variable dapat dipadukan dengan variable lain sehingga menjadi “Pengaruh A terhadap B dan D di Perpustakaan X”.

Contoh tersebut dapat dilihat, bahwa locus penelitian masih sama. Tidak apa. Salah seorang dosen pernah berkata, bahwa satu locus bisa dijadikan penelitian melalui berbagai dimensi/ sudut/ topik/ subjek. Tips memilih variabel yang berbeda yaitu dengan melakukan observasi/ mengumpulkan semua skripsi yang mengambil locus di Perpustakaan X. Dengan demikian dapat dibandingkan judul antarskripsi, hingga dapat meminimalkan kecenderungan kesamaan judul.

Be different in methods
Tips ini juga masih berpacu pada penelitian sebelumnya. Ketika penelitian sebelumnya dikembangkan, kecenderungan metode yang digunakan juga akan berubah.

Atau. Seorang dosen pernah berkata, sebelum memilih buah, cobalah pegang pisaunya terlebih dulu. Maksudnya, sebelum menentukan judul skripsi, kuasai terlebih dahulu metode yang diminati, yang nantinya akan digunakan untuk penelitian. Dalam kasus ini, judul yang akan menyesuaikan, bukan metode yang menyesuaikan. Dengan kata lain, memulai dari metode, bukan dari judul. Meskipun cara ini tidak biasa, tapi mungkin salah satu dari kalian ingin mencobanya. :-D (Ide gila)

Mungkin ada baiknya juga, karena yang pertama dilakukan yaitu dengan membuat rancangan metodologinya, sehingga judul yang nantinya dipilih benar-benar pas dengan metode penelitian yang digunakan.

Atau lainnya. Dengan membuat judul skripsi yang memungkinkan menggunakan metode yang masih jarang dipakai dalam bidang ilmu kalian. Misalnya, dalam Ilmu Perpustakaan masih jarang (meskipun sudah ada) skripsi yang menggunakan metode eksperimen, metode kajian bibliometrik, kajian longitudinal, dan lain-lain.
Sebenarnya membahas metode penelitian juga berkaitan dengan tingkat kesulitan penelitian. Hal ini juga yang menentukan lamanya penelitian. So, be brave and more careful.

Be different in locus or objects
Mungkin ini pilihan terahkir jika tips sebelumnya masih tidak membantu. Tips ini dapat digunakan ketika dalam keadaan terdesak (mungkin). Menggunakan tips ini berarti tetap membuat topik, judul, dan metode penelitian yang sama dari skripsi-skripsi sebelumnya, hanya locus penelitiannya saja yang diganti.

Don’t worry guys. Selalu ada jalan menuju Roma. Selalu ada jalan agar locus penelitian tidak meanstream. Pilihlah lokasi yang belum pernah dijadikan locus penelitian dengan level kepentingan yang berbeda, unik, menarik, dan tidak mudah dijangkau oleh masyarakat umum.

Misalnya, penelitian dengan judul “Perilaku Pencarian Informasi dan Kebutuhan informasi siswa di SMA X/ SMA Y/ SMA Z”. Atau “Perilaku Pencarian Informasi dan Kebutuhan informasi mahasiswa di Universitas X/ Universitas Y/ Universitas Z”. Lihat betapa meanstreamnnya. Maka dapat diganti lokus yang lebih berbeda dan berani, menjadi “Perilaku Pencarian Informasi dan Kebutuhan informasi siswa di SLB Dena Upakara”. Atau “Perilaku Pencarian Informasi dan Kebutuhan informasi mahasiswa di Akademi Kemiliteran.”

Lihat perubahannya. Dengan memilih locus yang berani dan menarik, otomatis juga akan mengubah objek penelitian. Kasusnya untuk perpustakaan sekolah biasa akan berbeda dengan SLB yang memiliki peserta didik dengan kebutuhan khusus. Begitu pula dengan mahasiswa di Akademi Kemiliteran, mereka sangat berbeda dengan mahasiswa pada umumnya di universitas.

Atau, kita juga dapat secara sengaja mengubah objek secara langsung. Misalnya dengan topik yang sama, “Perilaku Pencarian Informasi dan Kebutuhan informasi Pekerja Seks Komersial (PSK)”. (Sudah ada penelitiannya) Penelitian ini akan terlihat menarik karena objek penelitian adalah sesuatu yang tidak umum di kalangan masyarakat. Artinya, pengambilan objek ini sangat berani untuk diangkat menjadi penelitian.  

Maaf jika tipsnya agak ngawur, Hehe...
Penulis sendiri masih satu langkah lagi untuk menuju skripsi...

Pertanyaan Seputar Jurusan Ilmu Perpustakaan



Bagi orang awam yang belum mengetahui Jurusan Ilmu Perpustakaan, mungkin banyak yang bertanya tentang jurusan ini. Apa saja pertanyaan yang sering muncul mengenai jurusan ini? Simak pemaparan di bawah ini:

Mengapa memilih Jurusan Ilmu Perpustakaan?
Perlu kalian sadari guys, jaman sekarang perpustakaan udah semakin maju, bukan sekadar tempat penyimpanan buku. Coba deh lihat di luar negeri sana, perpustakaan mereka kebanyakan sudah keren dan modern. Untuk mengelola perpustakaan yang keren itu, tentu membutuhkan tenaga ahli, profesional, dan berkompeten, yang umum kita sebut sebagai pustakawan. Jadi lulusan SMA saja tidak cukup. 

Tidak bisa dibayangkan perpustakaan tanpa seorang pustakawan. Kalau tidak ada tenaga ahli, bagaimana mungkin kalian bisa menemukan buku yang dibutuhkan yang berjajar diantara jajaran rak? Atau lebih parahnya lagi tidak ditata di rak, melainkan ditumpuk begitu saja. Perlu kalian ketahui, sebelum buku dilayankan, buku terlebih dahulu melewati proses pengerjaan yang panjang. Mulai dari inventarisasi, klasifikasi, katalogisasi, hingga pembuatan perlengkapan buku. Semua kegiatan itu hanya bisa dikerjakan oleh ahlinya, tidak sembarang orang bisa. Jadi, semua pekerjaan di perpustakaan itu ada ilmunya guys, jangan meremehkan.

Apa saja yang dipelajari?
Banyak. Jumlah bobot perkuliahan kurang lebih 144 SKS. Dan tentunya tidak kalah menarik dengan jurusan lain. Kalau tidak percaya, coba search contoh skripsi mahasiswa perpustakaan.

Yang jelas, semua dunia perpustakaan akan dipelajari selama perkuliahan. Mulai dari gambaran umum dan konsep dasar perpustakaan yang mempelajari tentang hakikat perpustakaan; kepustakawanan mempelajari tentang SDM perpustakaan, profesi, dan kode etik pustakawan; manajemen yang meliputi manajemen perpustakaan, manajemen koleksi, dan manajemen SDM; desain perpustakaan yang mempelajari tentang gedung fisik perpustakaan; segala hal yang berkaitan dengan informasi, seperti organisasi informasi, temu balik informasi, literasi informasi, kemas ulang informasi, komunikasi informasi, dan marketing informasi; serta kapita selekta yang mempelajari berita-berita dan perkembangan mutakhir dunia perpustakaan, seperti knowledge management, plagiarisme, library 2.0, dan perpustakaan digital. Dan tak ketinggalan tentang TI, meliputi aplikasi/ software yang biasa digunakan di perpustakaan.

Banyak, kan? Semua itu tidak bisa dipelajari dalam waktu semalaman.

Nanti kalo udah lulus kerjanya apa?
Banyak sebutan profesi untuk seorang lulusan Ilmu Perpustakaan, hal ini karena ranah ilmu perpustakaan sendiri berkaitan dengan ilmu dokumentasi dan informasi. Profesi yang umum dikenal sebagai lulusan Ilmu Perpustakaan yaitu pustakawan. Sekarang profesi pustakawan sudah mendapat sertifikasi, jadi tidak kalah dengan profesi guru. Di luar negeri terdapat sebutan pustakawan referensi (reference librarian) yang bertugas di bagian layanan referensi untuk melakukan tanya jawab referensi dengan pemustaka/ klien. Serta sebutan liaison librarian yang bertugas untuk menghubungakan pemustaka dengan koleksi dalam bentuk layanan bimbingan atau asistensi.

Selain itu, terdapat juga sebutan dokumentalis, yang cenderung melakukan pekerjaan dalam hal-hal pendokumentasian seperti pengelolaan karya cetak dan karya rekam. Bahkan para petugas perpustakaan di Eropa (abad sekian?) tidak menyebut diri mereka sebagai pustakawan, melainkan sebagai dokumentalis. Ada juga sebutan ahli subjek (subject specialist), yaitu profesi informasi yang fokus dalam penguasaan satu atau beberapa subjek/ bidang ilmu tertentu.

Secara keseluruhan, semua sebutan profesi tersebut berkutat pada bidang infomasi. Kenapa bukan buku/ dokumen? Secara signifikan yang kita butuhkan adalah informasi yang ada pada sebuah buku/ dokumen, bukan fisiknya saja. Hingga tibalah pada sebutan ahli informasi (information professional), yang menjadi kesimpulan dari sebutan-sebutan profesi yang sudah disebutkan di atas.
Keren kan, sebutan-sebutan profesinya? Jadi pustakawan itu not only book custodian (bukan sekadar penjaga buku).

Emang ada?
Wait, pertanyaan macam apa itu? PARAHHH. Dan nyebelinnnn.
Perlu disadari, sekarang perguruan tinggi di Indonesia sudah banyak yang membuka jurusan kece ini. Baik untuk program diploma, sarjana maupun magister mulai diminati oleh beberapa orang (salah satunya ik). Beberapa perguruan tinggi yang membuka jurusan ilmu perpustakaan yaitu, Undip, UI, Unair, USU, UT, UIN, UGM, dan lain-lain. Sedangkan di luar negeri (seluruh  penjuru dunia selain Indonesia) sudah banyak yang membuka jurusan ini, serta membuka semua jenjang. 

Untuk di Indonesia sendiri belum ada yang membuka program doktoral Ilmu Perpustakaan. Jadi kalau mau melanjutkan S3 harus ke luar negeri sana. Tak apalah, kan untuk perkembangan dan kemajuan Ilmu Perpustakaan. Nyatanya banyak dosen dan guru besar Ilmu Perpustakaan pada kuliah ke luar negeri, dan mengaplikasikan ilmunya di Indonesia.

Sekian untuk pemaparan seputar Jurusan Ilmu Perpustakaan.
Salam profesi informasi…

Cari Blog Ini