Mencari Jati Diri (From Novel ‘Petir’ Karya Dee Lestari)

First of all, I’d like to introduce you about novel that I already mention on tittle of this article.
Novel Petir karya Dewi Dee Lestari, yaitu novel ketiga dari seri novel Supernova, setelah seri pertama (KPBJ) dan seri kedua (Akar). Novel Petir menceritakan kronologi seseorang dalam menemukan jati diri, yang intinya menemukan dan mencari jati diri itu:

Come from Emptiness
Ia adalah seseorang yang jiwanya terasa hampa, polos (belum mengetahui banyak hal) dan belum mengalami segala dimensi kehidupan. Ia bisa berasal dari hanya mengenal hal yang baik-baik saja, atau hanya mengenal hal yang buruk-buruk saja. Atau tidak mengenal dua-duanya, ia sekadar menyaksikan dan tidak mengalami sendiri. Hingga suatu saat ia penasaran dengan hal lain yang belum pernah ia alami, atau ia terpaksa menjalani hal lain yang belum pernah ia sentuh.

Dalam novel Petir, Elektra kecil diceritakan sebagai si bungsu pemalas yang jarang punya aksi. Bagi Elektra, hidup adalah duduk di bangku bioskop yang gelap menontoni kakaknya yang hiperaktif. Elektra pun harus memasuki era baru yang serba asing sejak ayahnya meninggal. Bahkan dunia tak lagi aman bagi Elektra yang tidak tahu apa-apa, ia dituntut mandiri (Dee, 2003).

Enjoying Proccess
Dalam Novel Petir, tentu saja Elektra yang tidak tahu apa-apa tentang hidup dan dipaksa untuk mandiri. Elektra hidup, tapi jiwanya mati karena tidak memiliki misi. Dan yang paling mengena untukku adalah, Elektra belum bekerja (menganggur) selama lima tahun sejak lulus menjadi sarjana ekonomi. She just enjoy proccess and just flow on it. 

Menikmati proses bukan berarti tidak melakukan aktivitas, Elektra needs activity to kill the time. Sejak ayahnya meninggal, Elektra berusaha mempertahankan bangunan Toko Elektronik Kuno milik ayahnya yang tidak mengalami perkembangan. Padahal banyak pebisnis yang sering mengubungi Elektra untuk menyewa bangunan atau mengajaknya menjadi partner bisnis. Ia juga tidak bermaksud melanjutkan usaha pertokoan itu. Awalnya Elektra hanya membiarkan begitu saja dan sedikit mengecek administrasi toko. Ia hanya sedikit merenovasi dan membersihkan isi bangunan yang juga menjadi tempat tinggalnya. Hingga tanpa ia bayangkan ia menjadi korban keisengan surat panggilan kerja yang mengatasnamakan Sekolah Tinggi Ilmu Gaib Nasional (lol :-D), melakukan meditasi bersama pemilik toko obat, dan menjadi Elektra yang gila internet hingga menjadi pelanggan warnet kemudian jatuh sakit, dan yang akhirnya Elektra membuka warnet sendiri di rumahnya.

Finally She Knows
Semua proses yang telah dilalui, Elektra menjadi semakin berpengalaman dan memiliki relasi dengan orang lain. Dan dari pengalaman itu Elektra menjadi tahu cara menyikapi suatu permasalahan dan tahu apa yang ia inginkan.

Setelah Ekektra menjalani bisnis warnet bersama rekan-rekannya, ia baru menyadari terdapat potensi dalam dirinya yang dapat mengalirkan energi listrik. Sejak saat itu ia berinisiatif membuka klinik pengobatan alternatif. Itulah jati diri Elektra, menjadi perantara sebagai penyembuh.

Kalau dalam istilah bahasa inggris Life Must Go On itu benar. Kehidupan selalu berjalan jadi kita harus menikmati setiap proses yang ada, seperti yang Dee bilang juga, bahwa: “Ternyata hidup tidak mmebiarkan satu orang pun lolos untuk cuma jad penonton. Semua harus mencicipi ombak.”

0 komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini