Satu minggu telah berlalu. Aku tidak melihat Tommy
maupun Karina berkunjung di kedai ini. Tak seharusnya perpisahan membuat mereka
melupakan kedai kopi ini. Terlebih lagi Tommy yang mengatakan bahwa pertemuan
itu adalah kunjungannya yang terakhir. Itu berarti kedai ini kehilangan satu
pelanggan.
Dua minggu telah berlalu. Aku semakin tidak yakin
bahwa Karina akan kembali berkunjung ke kedai ini seperti yang Tommy katakan.
Aku tak tau harus apakan surat ini jika Karina tidak datang, padahal aku sudah
sanggup akan menyampaikan pada karina. Semakin lama aku pun penasaran denngan
isi surat ini, akhrinya lipatan kertas itu aku buka juga. Ku baca dengan
saksama setiap baris tulisan Tommy.
Aku akan tetap
bahagia saat kau bersama pria lain yang bisa menemani hidupmu. Aku yakin pria
itu tepat untukmu, aku mengenalnya sangat dekat. Bahagialah dengan dia yang ada
di sampingmu saat ini. Jangan pikirkan aku. Aku tidak akan hidup lebih lama
lagi. Kankerku stadium akhir. Tak lama lagi aku akan pergi.
Sungguh Tommy seorang pria yang berhati besar dan
lembut hatinya. Ternyata aku sudah salah mengira bahwa Karina yang menginginkan
perpisahan. Padahal Tommy sendiri yang meminta Karina untuk meninggalkannya.
Seperti yang Tommy katakan bahwa Karina akan datang
dengan pria lain. Tepat sekali. Karina tetap terlihat bahagia seperti ketika
bersama Tommy. Mungkin Pria itu pilihan Tommy juga.
Ketika pria itu pergi ke toilet, aku segera
mendekati Karina. Dan aku pun langsung memberikan surat itu pada Karina. Tampaknya
karina langsung membaca isi surat itu, kemudian segera menyimpannya sebelum
pria itu datang kembali. Terlihat kesedihan di wajah cantik Karina. Tapi
kesedihan itu dia sembunyikan bersama surat dari Tommy ketika pria itu datang
kembali.
(Selesai...)
0 komentar:
Posting Komentar