SECANGKIR KOPI UNTUK TOMMY (2)



Satu minggu telah berlalu. Aku tidak melihat Tommy maupun Karina berkunjung di kedai ini. Tak seharusnya perpisahan membuat mereka melupakan kedai kopi ini. Terlebih lagi Tommy yang mengatakan bahwa pertemuan itu adalah kunjungannya yang terakhir. Itu berarti kedai ini kehilangan satu pelanggan.
Dua minggu telah berlalu. Aku semakin tidak yakin bahwa Karina akan kembali berkunjung ke kedai ini seperti yang Tommy katakan. Aku tak tau harus apakan surat ini jika Karina tidak datang, padahal aku sudah sanggup akan menyampaikan pada karina. Semakin lama aku pun penasaran denngan isi surat ini, akhrinya lipatan kertas itu aku buka juga. Ku baca dengan saksama setiap baris tulisan Tommy. 

Aku akan tetap bahagia saat kau bersama pria lain yang bisa menemani hidupmu. Aku yakin pria itu tepat untukmu, aku mengenalnya sangat dekat. Bahagialah dengan dia yang ada di sampingmu saat ini. Jangan pikirkan aku. Aku tidak akan hidup lebih lama lagi. Kankerku stadium akhir. Tak lama lagi aku akan pergi.

Sungguh Tommy seorang pria yang berhati besar dan lembut hatinya. Ternyata aku sudah salah mengira bahwa Karina yang menginginkan perpisahan. Padahal Tommy sendiri yang meminta Karina untuk meninggalkannya. 

Seperti yang Tommy katakan bahwa Karina akan datang dengan pria lain. Tepat sekali. Karina tetap terlihat bahagia seperti ketika bersama Tommy. Mungkin Pria itu pilihan Tommy juga. 

Ketika pria itu pergi ke toilet, aku segera mendekati Karina. Dan aku pun langsung memberikan surat itu pada Karina. Tampaknya karina langsung membaca isi surat itu, kemudian segera menyimpannya sebelum pria itu datang kembali. Terlihat kesedihan di wajah cantik Karina. Tapi kesedihan itu dia sembunyikan bersama surat dari Tommy ketika pria itu datang kembali.

Nampaknya atmosfir di meja itu sudah memungkinkan aku untuk mengantarkan pesanan kopi. Dua cangkir kopi favorit Karina. Seleranya tetap tidak berubah meskipun dia sudah bersama pria lain. Biarkan kisah dramatis itu menjadi kenangan utnuk hidupnya. Aku turut berduka akan kisah ini. Apalagi pelangganku hilang satu. Anggap saja pria itu adalah Tommy si pelanggan setia kedai ini. Secangkir kopi untuk Tommy. 
(Selesai...)

0 komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini