BRITANIE
GRAUND tidak pernah mendapat restu dari ayahnya untuk menikah dengan seorang
lelaki pengrajin besi bernama Russell Bill. Kedatangannya tidak pernah disambut
dengan hormat oleh Sang Raja. Bahkan Russell tidak akan pernah diterima di
istana. Namun besar cinta Britanie pada Russell tidak meruntuhkan niatnya untuk
tetap menikah dengan Russell --- walaupun tidak dengan restu Sang Raja.
Akhirnya
Britanie kabur dari istana dan memulai kehidupan barunya bersama Russell di
sebuah desa yang terletak di perbukitan Arawa. Namun itu tidak bertahan lama.
Enam bulan kemudian ayahnya --- Raja Ernand menyuruh prajurit istana untuk mencari
keberadaan putrinya. Tidak bisa terelakkan bahwa Britanie harus kembali ke
istana dan menjadi tahanan kerajaan--- belum, melainkan karena Raja jatuh sakit
dan menginginkan Britanie berada di istana. Britanie tak dampat menyangkal
bahwa saudara laki-lakinya yang akan menggantikan tahta Raja.
Dua
bulan sebelum Raja meninggal, Stalasclaus sudah resmi menggantikan ayahnya. Dan
atas perintah mendiang sang raja, Stalasclaus harus menjadikan adiknya sebagai
tahanan. Britanie disekap di dalam kamarnya. Bukan kamar. Ia menyebutnya
sebagai ruang sel tahanan karena menurutnya perlakuan ini terlalu kasar
baginya. Saat itu Britanie harus memendam dua kesedihan sekaligus, kehilangan
ayahnya dan terpisah dari pria yang dicintainya. Ia sangat frustasi dan tidak
mempunyai semangat hidup.
Kabar
mengejutkan datang setelah sembilan bulan kemudian, bahwa ternyata Britanie
telah melahirkan seorang bayi cantik. Tidak ada yang mengetahui kehamilannya
selama ia menjadi tahanan. Hanya seorang tabib dan dua orang pembantu yang sering
membersihkan kamar dan mengantarkan makan yang mengetahuinya. Namun mereka
tidak terlalu peduli.
Dengan
dilahirkannya seorang bayi Britanie memberanikan diri untuk memohon kepada
saudaranya agar ia tidak disekap sepanjang hari. Ia meminta agar diberi sedikit
kebebasan untuk menghirup udara segar di sekitar taman istana saat mengasuh
anaknya. Dengan penuh rasa haru Raja Stalasclaus mengabulkan permintaan adiknya
dengan syarat harus dengan pengawalan ketat.
Britanie
semakin percaya bahwa anaknya akan mempermudah semua rencana yang telah ia
siapkan. Beberapa kali Britanie berhasil mengalihkan prajurit saat mengawasinya
sehingga ia bisa menyempatkan mengajak anaknya untuk bertemu Russell. Meskipun
sebentar namun pertemuan keluarga kecil itu terlihat lebih lengkap. Bahkan si
anak sangat menyambut sang ayah dengan wajah ceria, tidak seperti mendiang
kakeknya.
Di
sela-sela pertemuan itu Britanie mencoba membicarakan rencana yang telah
dibuatnya. Tak perlu menjelaskan terlalu banyak untuk membuat Russell paham.
Masing-masing telah mengerti apa yang harus mereka lakukan. Russell harus memprovokasi
musuh Kerajaan Lumosa untuk menggulingkan Raja Stalasclaus. Sebenarnya yang
Russell inginkan bukan untuk menggulingkan raja, melainkan membawa kabur
adiknya. Mereka sangat menginginkan hidup bersama lagi dan jauh dari Kerajaan
Lumosa.
Setelah
pembicaraan selesai Britanie segera menggandeng buah hatinya untuk pergi. Tanpa
membuat kecurigaan dari pengawal istana, Britanie segera menaikkan anaknya ke
kereta kuda. Kusir kereta langsung menarik kudanya agar segera berjalan.
Sedangkan di belakang tampak dua pengawal istana yang mengikutinya.
Keesokan
harinya kerajaan dikejutkan dengan sekelompok pasukan berkuda. Pasukan itu
mengacaukan tempat tinggal penduduk sehingga mereka ketakutan. Target empuk
mereka adalah istana, singgasana sang raja. Pasukan itu dipimpin oleh seorang
Duke dan beberapa prajurit utama lainnya. Mereka menuntut Raja untuk keluar dan
segera melakukan diplomasi. Sebenarnya Raja telah mengetahui maksud kedatangan
pasukan perang dari Kerajaan Sandria. Mereka menuntut sebagian kecil wilayah
kekuasaan Kerajaan Lumosa. Sengketa ini sudah sepuluh tahun tidak dibahas.
Entah apa yang membuat pihak Kerajaan Sandria membahas sengketa lama tersebut.
Britanie
dan putrinya telah bersiap untuk pergi dari istana. Ia menyusuri lorong yang
menuju pintu gerbang belakang istana. Dua ekor kuda telah menanti. Satu ekor
berwarna hitam pekat dan telah ditunggangi seseorang yang mengenakan pakaian
baja serta penutup kepala sehingga tak ada yang mengenali penunggang tersebut. Dan
satu ekor lagi berwarna putih polos yang pastinya Britanie sendiri yang akan menungganginya.
Tanpa menunggu waktu lebih lama Britanie segera menaikkan anak kecil berusia 13
tahun itu ke kuda yang telah ditunggangi oleh entah prajurit atau siapa. Tak ada
yang mengenali wajahnya. Britanie hanya meminta putrinya tidak kembali ke
istana sebelum bertemu dengannya di suatu tempat. Hanya itu. Prajurit pun
langsung menarik kudanya untuk segera berlari.
Tak
lama setelah kuda yang dinaiki putrinya berlalu Britanie langsung bergegas ke
kudanya. Ia sadar bahwa Pangeran Kristan menyaksikan saudara sepupunya dibawa
kabur. Ratu Prisca juga menyaksikan sekilas setelah kuda putrinya telah
meluncur. Britanie tidak mau mempedulikan aksinya yang telah diketahui oleh ratu.
Ia tahu apa yang akan dilakukan ratu saat mengetahui dirinya kabur dari istana.
0 komentar:
Posting Komentar