BRITANIE
TERUS menyusuri jalanan bersemak dan memasuki hutan yang rimba. Tak tersirat
sedikitpun rasa takut dalam dirinya. Ia hanya fokus pada kehidupan yang lebih
baik saat di tidak lagi di istana. Tiba-tiba seekor kuda hitam lain menyusul
kecepatan kuda yang ditungganginya. Ia tahu apa yang harus dilakukannya. Begitu
tidak ada pohon yang menghalangi di depannya. Penunggang kuda di sampingnya
mengulurkan tangan. Britanie meraih tangannya dengan kuat dan melemparkan
tubuhnya ke kuda hitam di sampingnya dan membiarkan kuda putih milik istana
pergi ke arah lain. Kini kuda itu ditunggangi oleh dua orang.
Kuda
itu terus berlari tanpa berhenti sedikit pun, seakan-akan tidak ada halangan di
depannya. Semua semak belukar yang dilewatinya langsung roboh dan seolah
membuka jalan baru. Penunggang kuda itu terus menarik kudanya dengan kencang
sehingga kuda hitam itu berlari semakin kencang. Suara-suara kuda lain saling
bertautan dan suara kakinya semakin bergemuruh mengikuti sasaran paling depan.
Pastilah itu kuda para prajurit istana. Mereka tak hanya mengejar, melainkan
juga menyerang sasaran dengan senjata panah dan senapan.
Britanie
ketakutan setengah mati sehingga harus melingkarkan tangannya di bagian perut
si pengendara kuda. Suara-suara kuda istana mulai meleburkan kepercayaan Britanie
akan adanya kebahagiaan bagi dirinya dan pria yang dicintainya. Sebaliknya
malah memunculkan hal-hal yang mengerikan akan terjadi jika mereka tertangkap
oleh para prajurit istana.
Sebuah
busur mengenai batang pohon oak, dan tertancap dengan sangat mantap. Britanie
memutar lehernya ke arah belakang. Ia sadar bahwa para prajurit istana memang
memburunya dengan beberapa serangan. Ia tidak berinisiatif untuk menggunakan
senjata untuk balik menyerang para prajurit, ia hanya mempercayakan semuanya
pada pria yang ada di dekapannya. Britanie mempasrahkan hidup dan matinya untuk
bersama pria itu. Dan tidak ingin terpisah lagi.
Kali
ini anak panah yang diluncurkan oleh para prajurit mengenai paha kuda hitam
Britanie. Kuda itu spontan berhenti sebentar dan merintih kesakitan. Namun si
penunggang tetap menariknya agar tetap berlari sesuai kehendaknya. Kini kuda
para prajurit semakin dekat dengan kuda Britanie yang sudah tidak mempu berlari
kencang. Tak dapat dipaksakan lagi ketika kaki kanan-depan kuda Britanie
terkena anak panah. Kudanya sudah lumpuh dan bersimpuh di tanah. Pria yang
didekapnya langsung menarik Britanie untuk lari dari kejaran para prajurit.
Mereka terus berlari dan memilih untuk berseluncur di jurang yang penuh dengan
semak-semak belukar.
Britanie
tidak selincah pria yang sedari tadi diikutinya. Rok panjangnya yang tebal
tersangkut diantara ranting pohon yang berserakan di tanah. Britanie berhenti
sementara untuk melepaskan roknya yang tersangkut. Pria itu langsung menyusul
Britanie dan langsung merobek roknya hingga terlepas dari ranting-ranting
pohon. Dengan penuh tergesa-gesa ia menuntun Britanie lagi untuk melanjutkan
pelariannya dari para prajurit.
Tiba-tiba
langkah mereka terhenti. Kengerian menyelimuti hati Britanie saat sebuah benda
runcing menyusup ke punggung pria yang dicintainya. Pria itu mulai berlutut dan
terkulai lemah. Britanie mencoba menyangganya agar tidak terjatuh. Ia
meletakkan kedua tangannya ke pipi pria itu untuk memastikan bahwa pria itu
masih bisa melihat dirinya. Matanya berair karena menahan rasa sakitnya. Sesaat
kemudian pria itu menjatuhkan kepalanya di pelukan Britanie. Ia hanya pingsan.
Udara hangat masih Britanie rasakan keluar dari hidung pria itu. Ia masih
hidup. Bahkan Britanie melihat pria itu sedikit membuka matanya saat mereka
dipisahkan oleh para prajurit istana.
Angan-angan
untuk hidup bahagia bersama pria yang dicintainya telah lenyap. Britanie harus
disekap di kamarnya lagi. Sedangkan Russell harus mendekam di sel tahanan
kerajaan. Raja Stalasclaus sengaja menunda hukuman mati Russell. Raja ingin
memancing pihak Kerajaan Sandria datang ke istana untuk menebus si provokator
yang sekarang sedang ditahannya. Namun satu tahun kemudian tak ada musuh maupun
pemberontak yang datang ke istana. Raja beranggapan bahwa Russell tidak lagi
dibutuhkan oleh Kerajaan Sandria.
Hukum
tetaplah hukum. Semua pengkhianat kerajaan harus dihukum mati karena telah
mengancam kedamaian Negara Lumosa. Kedamaian adalh mutlak sebagai negara
kerajaan. Begitulah akhir dari kehidupan Russell. Ia dihukum mati. Sekali lagi
kepedihan menyelimuti hati Britanie karena ia harus kehilangan pria yang sangat
dicintainya. Kini hatinya sangat beku, namun jiwanya dipenuhi dengan rasa marah
sekaligus frustasi.
0 komentar:
Posting Komentar