Akar selalu tumbuh mendekati pusat
bumi, menembus tanah.
dan tidak terlihat karena ia bukan
akar gantung yang bisa tumbuh di antara batang pohon.
Akar selamanya menjadi penopang
kehidupan bagi sebuah pohon, tapi ia merasa tidak pernah mendapat penghargaan.
Akar hanya bertemu cacing, bakteri dan
unsur kimia lain untuk memperlancar metabolisme.
Akar bosan, hingga suatu ketika ia
ingin sekali berjumpa dengan bunga.
Akar tidak mempuyai cita-cita lain,
selain ingin bertemu dengan bunga.
Tapi bunga berada jauh dari akar.
Bunga selalu tumbuh di antara batang
pohon, dedaunan, dan pucuk ranting.
Bunga sering disentuh oleh kupu-kupu,
burung, ulat bulu, bahkan hujan.
Sementara akar sekalipun belum pernah
menyentuh bunga.
Akar sekalipun belum pernah mencium
semerbak wangi serbuk sari bunga.
Akar sekalipun belum pernah memandang
keindahan bentuk dan warna kelopak bunga.
Akar merasa pantas mendapatkan itu
semua, karena akar yang membuat semua tetap hidup.
Akar pun cemburu.
Suatu malam di awal musim penghujan, turunlah
rintik-rintik air hingga membasahi seluruh. tubuh sang pohon, termasuk bunga.
Akar meminta hujan untuk jangan
menyentuh bunga.
Tapi hujan tidak menggubris permintaan
akar.
Hujan sangat suka meyentuh bunga.
Hujan sangat suka melihat bunga selalu
terlihat segar.
Hari berikutnya hujan datang lagi,
dengan alasan ia tidak mungkin melawan takdir Tuhan.
Akar pun meminta hujan untuk jangan
datang ke wilayahnya.
Akar memberitahu hujan bahwa di sebuah
puncak ada pohon yang kurus
dan memutuhkan mineral agar bisa
menghidupkan sekuntum bunga yang apabila mekar. pesonanya terlihat lebih indah
dari pada milik akar.
Hujan pun
segera berkompromi dengan Tuhan agar dipindah ke tempat yang dimaksud akar.
Hujan pun
berharap bisa melihat bunga yang lebih indah seperti yang diceritakan akar.
Beberapa
hari berikutnya hujan tidak datang lagi ke wilayah akar.
Akar pun
senang karena tidak ada yang menyentuh bunga lagi, akar merasa aman tidak ada
saingan lagi.
Berhari-hari
berlalu tanpa ada air yang meresap, tanah sekitar menjadi kering.
Rerumputan
mulai mati dan meninggalkan bangkai tubuhnya.
Bunga pujaan
akar pun mulai layu karena kehausan, hingga akhirnya menggugurkan diri dan tak
ada lagi kupu-kupu yang berkunjung ke pohon.
Daun-daun
mulai berguguran karena tidak cukup melakukan fotosintesis lagi.
Ranting-ranting
mulai kering, satu per satu menanggalkan tangkainya.
Sekarang
yang tersisa hanya batang yang kurus dan akar yang merana.
Akar sangat
sedih telah kehilangan semua kekayaan miliknya, bahkan ia menyesal telah
kehilangan bunga pujaannya.
Akar baru
menyadari bahwa semua yang bertopang pada dirinya adalah sesuatu yang berharga.
Ranting, daun, dan bunga adalah motivasinya untuk tetap hidup.
Tapi karena
ego dan kesombongannya, sekarang akar harus kehilangan semua, bahkan kehilangan
hujan yang seharusnya membuat semua harta milik akar tetap hidup.
Harusnya akar
tetap berkawan bersama hujan, demi mempertahankan bunga pujaan.
Mungkin
sekarang hujan sedang sibuk menghidupi bunga dari sebuah pohon yang kurus,
kebenaran dari cerita rekaan akar. Hingga hujan tidak pernah kembali lagi.
Andai akar
tidak mengusir hujan. Andai akar tidak perlu cemburu. Pasti akar tidak
kehilangan bunga pujaan.
Kini tanah gersang,
tandus, dan retak melingkupi sebatang pohon yang sudah tidak mempunyai jiwa
lagi.
Itulah
sanksi untuk akar yang memiliki ego terlalu besar.
(Inspiring from: "Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh")
0 komentar:
Posting Komentar