IRONISME MAHASISWA DI ERA GLOBALISASI



Mahasiswa yang mengaku dirinya sebagai agent of change merupakan sekelompok orang yang menyibukkan dirinya untuk mempelajari dan mendalami ilmu tertentu. Kebanyakan dari mereka berharap dengan melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi nantinya akan mendapatkan pekerjaan yang layak. Selain itu mereka juga berharap dengan ilmu yang didapat akan mampu mengaplikasikan dalm kehidupan sehari-hari, sehingga dengan  kata lain mereka dapat mengandikan diri pada masyarakat. Well, mulia sekali jika semua mahasiswa seperti itu.
Di era globalisasi seperti sekarang ini peran manusia-manusia berintelektual tinggi sangat dibutuhkan, Begitupun peran penting mahasiswa dalam berpartisipasi di persaingan global. Persaingan globalisasi yang bebas dan tanpa batas ini menantang mahasiswa untuk menyaring dan memilah-milah pengaruh globalisasi. Dengan begitu mahasiswa tidak hanya menjadi korban dan target globalisasi.
Penulis pernah membaca buku tentang globalisasi. (Tapi lupa judul dan pengarangnya, hee.) Di dalamnya disebutkan bahwa globalization is all about 3F+5T. Adapun 3F adalah food, fun, and fashion, sedangkan 5T adalah travel, trade, tourism, transportation, and technology. Jika memang anggapan globalisasi seperti itu maka yang dapat menjalankan itu adalah orang-orang dengan ekonomi menengah ke atas. Dan jika objek globalisasi itu berupa barang dan jasa maka bagi seorang konsumerism globalization is about money.
Mahasiswa D3 maupun S1 yang berasal dari lulusan SMA tentunya masih sangat melekat dengan masa remaja. Kebanyakan dari mereka belum bekerja sehingga belum memiliki penghasilan. Mereka masih mengandalkan orang tua dalam segala hal, dari biaya kuliah, biaya kost, biaya hidup, sampai biaya acara refreshing. Namun berbeda dengan mereka kerja separuh waktu, mereka masih bisa meringankan beban orang tua dalam membiayai hidupnya.
Bagi mahasiswa yang orang tuanya memiliki penghasilan menengah ke atas biasanya semua kebutuhan cenderung terpenuhi. Baik kebutuhan primer, sekunder, sampai kebutuhan tersier tidak ada yang terlewatkan. Jadi tidak heran jika mereka cenderung hidup mewah meskipun hidup di tempat perantauan. Why not? Mereka mendapat asupan yang cukup bahkan lebih dari uang transferan orang tuanya per bulan.
Era globalisasi yang terus berkembang menuntut kebanyakan mahasiswa untuk mengikuti tren yang ada. Tren yang paling dominan biasanya fashion, technology, transportation, and trade. Akibat dari mengikuti tren mereka menjadi bersifat konsumerism. Semua itu demi penampilan yang mewah dan berkelas. Setiap pergi ke kampus selalu berganti fashion dan aksesoria, tak jarang juga berganti-ganti ponsel dengan gadget yang canggih dengan merk dagang yang terkenal. Kendaraan pun tak luput dari pusat perhatiannya, mereka akan merasa berkelas ketika menggunakan kendaraan dengan merk yang bergengsi.
Namun apalah arti semua kemewahan itu jika semua masih bergantung pada orang tua. Apa mereka hanya akan pamer kekayaan orang tua di hadapan teman-teman kuliahnya? Kebetulan saja orang tuanya berpenghasilan tinggi. Jadi bisa dikatakan bahwa mereka hanya dipengaruhi faktor beruntung.
Mahasiswa yang berlebihan dalam memikirkan penampilan dan kesenangan biasanya memiliki prestasi akasemik yang kurang baik. Berbeda dengan mereka yang seimbang antara memikirkan kuliah dan penampilannya. Apalagi dengan mereka yang benar-benar fokus pada prestasi kuliahnya, mereka akan menggunakan sebagian uangnya untuk biaya kegiatan yang dapat mendukung prestasinya.
Begitulah sekilas gambaran mahasiswa di era globalisasi ini. Sebagian dari mereka tetap fokus pada kuliahnya dan menjadikan globalisasi sebagai ajang untung mengembangkan prestasi dan bakatnya. Dan bagi mereka yang menjadikan globalisasi sebagai ajang trend, mereka dapat menikmati sisi positifnya sekaligus menjadi korban dari sisi negatif globalisasi.
Sangat ironis bukan? Penulis berpesan, jika memang mahasiswa adalah manusia berintelektual tinggi maka keep thinking. Fokuskan pikiran untuk meraih impian demi masa depan yang lebih baik. Jangan hanya terlalu menikmati kesenangan yang hanya bersifat sementara.
Cukup sekian. Semoga artikel ini bermanfaat.

0 komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini