Prom
night akan dimulai setengah
jam lagi. Monica terlihat sangat anggun dengan dress warna biru toska dan hair do terurai bergelombang seperti
ombak. Satu per satu anak tangga Monica lalu dengan penuh rasa khawatir dan
takut. Ketika Monica sampai di anak tangga terkahir tiba-tiba suara keras
menyambar telinganya.
“Mau ke mana kamu?!?” Kata mama dengan
lantang.
Monica pun langsung berhenti sambil
mengerutkan dahinya. Berakhir sudah harapan Monica untuk datang ke prom night.
“Kembali ke kamar! Malam ini mama yang
akan melatih kamu piano.”
“Tapi, Mam…” belum selesai berbicara
mama sudah memotongnya.
“Tidak ada waktu untuk bermain lagi,
Monica. Besok kamu ada kontes. Dan kamu tidak boleh mengecewakan mama lagi.”
Katanya sambil menatap wajah Monica yang terlihat lemas.
Dengan penuh kekecewaaan Monica segera
kembali ke kamar dan berlatih piano. Tampak di wajah Monica tidak ada gairah
berlatih piano, apalagi mama yang melatihnya. Berkali-kali Monica melakukan
kesalahan sehingga mama harus marah bahkan memukul jari-jari Monica sampai
memar. Monica merasa sangat jenuh dengan semua tekanan yang mama lakukan selama
ini.
Waktu menunjukkan pukul 23.00. Monica
hanya bisa berdiam diri di kamar tanpa melakukan usaha untuk kabur dari rumah.
Pintu dikunci dan jendela terlalu tinggi dengan lantai dasar. Monica tak mau
mengambil risiko kakinya patah atau tulangnya remuk karena jatuh dari jendela
kamar.
Malaikat Joana selalu hadir disaat
Monica merasa kesepian dan merasa tertekan karena mama. Tapi kejadian ajaib di
gudang itu membuat Monica tidak bisa berharap Malaikat Joana akan datang.
Akhirnya Monica hanya bisa menangis lirih di kamar yang dingin itu.
Tiba-tiba terdengar suara seperti
berbisik dari balik jendela. Monica mengira itu hanya halusinasi. Namun semakin
lama suara itu semakin jelas memanggil namanya. Ketika Monica mendekati
jendela, dia mendapati Malaikat Joana terbang si depan jendela sambil
mengepakkan sayap besarnya.
Nampaknya Malaikat Joana sudah menunggu
Monica. Kali ini Monica sangat kagum melihat Malaikat Joana manampakkan sikap
aslinya. Tidak berbicara, tidak tersenyum, apalagi membuat lelucon. Semua terasa
sangat dingin, namun juga hangat di hati.
Tak terasa Monica sudah ada dipelukan
Malaikat Joana. Saat itu semua terasa seperti mimpi bahwa Monica bisa terbang.
Dan ketika terbangun dari pelukannya, Monica sudah tiba di pintu masuk gedung
pesta.
“Jangan mengecewakan” kata Malaikat
Joana dengan lirih dan lembut.
Belum sempat Monica berbicara, Malaikat
Joana semakin terlihat samar-samar. Perlahan menjadi tembus pandang. Berubah
menjadi asap putih. Dan akhirnya menghilang.
Monica menarik tangannya yang tadinya
terulurkan untuk menyentuh wajah Malaikat Joana. Monica tau bahwa semua ini
akan terjadi. Saat berusaha menenangkan diri untuk tidak menangis, tiba-tiba
sebuah kalung berlian dengan gantungan huruf H sudah terpasang di leher Monica.
Dengan menggunakan topeng pesta perlahan
Monica memasuki gedung dan segera menuju panggung. Tapi ternyata sesi acara kontes
piano sudah selesai dan seorang pembawa acara memandu anak-anak untuk sejenak menari
bebas sambil menunggu keputusan siapa duet terbaik.
Tanpa mempedulikan keadaan sekitar,
Monica segera naik ke panggung dan menuju piano. Tak lama kemudian nada-nada
yang pernah dimainkan Malaikat Joana segera memenuhi sudut ruangan. Semua orang
pun langsung terhanyut dalam permainan piano Monica.
Ketika semua orang tersadar Monica pun
sudah tidak ada di panggung, sehingga semua terasa lebih misterius.
“Siapa gadis misterius yang bermain
piano tadi?” Tampak dari kejauhan masih terdengar pertanyaan penasaran dari
beberapa orang.
Sejak memainkan piano di prom night itu, Monica menjadi semakin
yakin untuk menekuni permainan piano. Monica pun yakin bahwa dirinya akan
menampilkan yang terbaik di kontes kali ini. Meskipun tidak yakin menjadi
pemenang namun semoga mama tidak kecewa lagi.
Tanpa disangka ternyata Josh hadir di
kontes piano kali ini, dan dia menyaksikan penampilan Monica.
“Ternyata gadis misterius tadi malam itu,
kamu?” Tanya Josh tiba-tiba.
“Apa kamu yakin?”
“Barusan ada sedikit bagian yang nadanya
sama dengan nada yang kamu mainkan tadi malam” kata Josh penuh keyakinan.
Monica hanya bisa tersenyum pada Josh,
dengan harapan Josh tidak akan memberi tau rahasianya pada orang lain. Meskipun
sekarang Monica dekat dengan Josh, namun dia bukan lagi prioritas utama. Bagi
Monica keahliannya dalam bermain piano lebih penting sehingga mama tidak akan
kecewa lagi. Seperti pesan terakhir Malaikat Joana, “Jangan mengecewakan.” (Selesai)
0 komentar:
Posting Komentar