Monica and Joana Angel (3)


Ketika semua gadis di sekolah sibuk berlatih alat harmonika dan menghafal beberapa notasi nada, Monica malah sibuk mengerjakan tugas di perpustakaan. Malaikat Joana berusaha mengganggu Monica agar dia beralih untuk berlatih piano. Namun semua usahanya sia-sia, Monica tetap fokus mengerjakan tugas.
Tiba-tiba Carolina datang dan langsung duduk di depan Monica. Dia adalah saingan Monica di setiap kontes piano dan selalu menjadi pemenang. Namun prestasinya itu membuatnya sombong dan selalu merendahkan orang yang ada di bawah prestasinya. 
“Hai, Monica” sapanya dengan wajah sinis.
“Hai, Carol. Apa kamu tidak berlatih piano untuk nanti malam?” 
“Tentu saja aku sudah berlatih beberapa hari yang lalu, dan aku akan menjadi duet terbaik Josh” Jawab Carolina penuh kesombongan.
“Ya, seperti biasanya kamu selalu menjadi pemenang” dukung Monica dengan berat hati.
“Well, aku ke sini bukan untuk berbicara panjang denganmu. Aku hanya ingin memperingatkanmu agar kau tidak perlu berlatih keras untuk menjadi duet terbaik Josh. Kau tau sendiri aku selalu menjadi pemenang dan kau hanya menjadi juara harapan. Atau bahkan malam ini kau memang tidak bisa menjadi harapan.” Sekali lagi Carolina menunjukkan sifat sombongnya dan mengejek Monica. 
Monica hanya bisa meradang mendengar kata-kata sombong Carolina. Namun Monica tetap mencoba tenang karena tidak ingin berurusan dengan gadis sombong itu. 
Melihat sifat Carolina yang sombong itu membuat Malaikat Joana ingin cepat-cepat melatih piano pada Monica. Ya, memang itulah tujuan Malaikat Joana turun ke bumi. Untuk memberikan magic harmonium pada Monica.
Tanpa berpikir lebih panjang lagi Malaikat Joana pun langsung menyeret Monica ke gudang sekolah. Begitu masuk gudang tersebut Monica langsung mengibaskan udara di sekitar hidungnya. Namun udara yang pengap itu hilang ketika Malaikat Joana mulai memainkan piano tua yang ada di sudut gudang.
Monica mencoba mendekati Malaikat Joana yang sedang terhanyut dalam permainan pianonya. Nada yang diciptakan sangat terdengar serasi dan harmonis. Nampaknya nada-nada itu mengandung sihir yang membuat semua orang akan terhanyut dalam harmonisasinya. Tanpa disadari nada-nada itu perlahan merasuki tubuh Monica.
Monica sangat terkejut ketika melihat seluruh badannya menjadi bercahaya seperti pertama kali melihat Malaikat Joana. Setelah beberapa kali mengangkat kedua tangan dan membalikannya Monica hanya bisa kagum dan tersenyum. Tak lama kemudian cahaya itu hilang secara perlahan seiring dengan berhentinya permainan piano Malaikat Joana.
“Kamu menyukainya?” tanya Malaikat Joana tiba-tiba.
“Tentu, tadi sangat indah.” Senyum lebar terpasang di wajah Monica. “Tadi itu apa?”
“Itu adalah magic harmonium.  Nada ketulusan yang akan membangkitkan seseorang untuk bermain piano atas panggilan jiwa. Magic harmonium mengandung sihir yang akan membuat seseorang terhanyut dalam permainan piano yang dimainkan dengan ketulusan.  Bukti nyata sihir itu adalah bisa membuat tubuhmu bercahaya” Jelas Malaikat Joana.
“Owh... rupanya kamu ingin aku menekuni permainan piano seperti yang mama harapkan sejak bertahun-tahun?” tanya Monica dengan nada agak marah.
“Tujuanku menemuimu adalah untuk menyalurkan magic harmonium itu. Aku telah melakukannya. Dan artinya tugasku sudah selesai” 
Malaikat Joana memegang erat kedua pundak Monica sambil memasang senyum palsu. Waktu yang dimiliki oleh Malaikat Joana memang hampir habis sehingga dia harus menyelesaikan tugas secepatnya. Sebenarnya Malaikat Joana masih ingin berteman dan menhabiskan waktu bersama Monica. Tapi karena waktu yang terbatas Malaikat Joana pun harus secepatnya kembali ke Istana Mozart. (Bersambung)

0 komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini