Ketika semua gadis di sekolah sibuk
berlatih alat harmonika dan menghafal beberapa notasi nada, Monica malah sibuk
mengerjakan tugas di perpustakaan. Malaikat Joana berusaha mengganggu Monica
agar dia beralih untuk berlatih piano. Namun semua usahanya sia-sia, Monica
tetap fokus mengerjakan tugas.
Tiba-tiba Carolina datang dan langsung
duduk di depan Monica. Dia adalah saingan Monica di setiap kontes piano dan
selalu menjadi pemenang. Namun prestasinya itu membuatnya sombong dan selalu
merendahkan orang yang ada di bawah prestasinya.
“Hai, Monica” sapanya dengan wajah
sinis.
“Hai, Carol. Apa kamu tidak berlatih
piano untuk nanti malam?”
“Tentu saja aku sudah berlatih beberapa
hari yang lalu, dan aku akan menjadi duet terbaik Josh” Jawab Carolina penuh
kesombongan.
“Ya, seperti biasanya kamu selalu
menjadi pemenang” dukung Monica dengan berat hati.
“Well, aku ke sini bukan untuk berbicara
panjang denganmu. Aku hanya ingin memperingatkanmu agar kau tidak perlu
berlatih keras untuk menjadi duet terbaik Josh. Kau tau sendiri aku selalu
menjadi pemenang dan kau hanya menjadi juara harapan. Atau bahkan malam ini kau
memang tidak bisa menjadi harapan.” Sekali lagi Carolina menunjukkan sifat
sombongnya dan mengejek Monica.
Monica hanya bisa meradang mendengar
kata-kata sombong Carolina. Namun Monica tetap mencoba tenang karena tidak
ingin berurusan dengan gadis sombong itu.
Melihat sifat Carolina yang sombong itu
membuat Malaikat Joana ingin cepat-cepat melatih piano pada Monica. Ya, memang
itulah tujuan Malaikat Joana turun ke bumi. Untuk memberikan magic harmonium pada Monica.
Tanpa berpikir lebih panjang lagi
Malaikat Joana pun langsung menyeret Monica ke gudang sekolah. Begitu masuk
gudang tersebut Monica langsung mengibaskan udara di sekitar hidungnya. Namun
udara yang pengap itu hilang ketika Malaikat Joana mulai memainkan piano tua yang
ada di sudut gudang.
Monica mencoba mendekati Malaikat Joana yang
sedang terhanyut dalam permainan pianonya. Nada yang diciptakan sangat
terdengar serasi dan harmonis. Nampaknya nada-nada itu mengandung sihir yang
membuat semua orang akan terhanyut dalam harmonisasinya. Tanpa disadari
nada-nada itu perlahan merasuki tubuh Monica.
Monica sangat terkejut ketika melihat
seluruh badannya menjadi bercahaya seperti pertama kali melihat Malaikat Joana.
Setelah beberapa kali mengangkat kedua tangan dan membalikannya Monica hanya
bisa kagum dan tersenyum. Tak lama kemudian cahaya itu hilang secara perlahan
seiring dengan berhentinya permainan piano Malaikat Joana.
“Kamu menyukainya?” tanya Malaikat Joana
tiba-tiba.
“Tentu, tadi sangat indah.” Senyum lebar
terpasang di wajah Monica. “Tadi itu apa?”
“Itu adalah magic harmonium. Nada
ketulusan yang akan membangkitkan seseorang untuk bermain piano atas panggilan
jiwa. Magic harmonium mengandung
sihir yang akan membuat seseorang terhanyut dalam permainan piano yang
dimainkan dengan ketulusan. Bukti nyata
sihir itu adalah bisa membuat tubuhmu bercahaya” Jelas Malaikat Joana.
“Owh... rupanya kamu ingin aku menekuni
permainan piano seperti yang mama harapkan sejak bertahun-tahun?” tanya Monica
dengan nada agak marah.
“Tujuanku menemuimu adalah untuk
menyalurkan magic harmonium itu. Aku
telah melakukannya. Dan artinya tugasku sudah selesai”
Malaikat Joana memegang erat kedua
pundak Monica sambil memasang senyum palsu. Waktu yang dimiliki oleh Malaikat
Joana memang hampir habis sehingga dia harus menyelesaikan tugas secepatnya.
Sebenarnya Malaikat Joana masih ingin berteman dan menhabiskan waktu bersama
Monica. Tapi karena waktu yang terbatas Malaikat Joana pun harus secepatnya kembali
ke Istana Mozart. (Bersambung)
0 komentar:
Posting Komentar